Ini adalah kisah nyata yang aku ungkapkan dalam sebuah tulisan dimana kejadian ini aku alami beberapa tahun yang lalu. Semoga dengan cerita Dewasa kali ini bisa sedikit menghibur penbaca semua.
Tiga tahun lalu aku masih tinggal di sebuah kota kecil di pinggiran. Sebut saja kota A namanya. Saaat itu aku masih berumur 24 tahun. Aku tinggal dirumah saudaraku, karena sementara masih menganggur. Aku iseng-iseng membantu saudaraku bisinis kecil-kecilan di pasar. Saudaraku sendiri juga memiliki mobil yang biasa digunakan untuk angkutan umum dan dengan mobil itulah aku membantu mengantarkan dagangan atau ibu -ibu di pasar yang sedang kulakkan.
Usaha saudaraku sendiri terbilang cukup laris karena dijadikan tempat untuk kulakan bagi pedagang-pedagang kecil. 3 bulan aku jalani dengan biasa aja. Hingga akhirnya secara tak disengaja aku kenal seorang pelanggan yang niasa mengguanakan jasa angkutan barang pasar yang kebetulan aku yang mengemudikannya. Bu Dewi namanya. Sambil ngobrol ngalor-ngidul aku antar dia sampai dirumahnya yang memang agak jauh dari pasar tempat dia berjualan kain0kain dan baju.
Sesampainya dirumahnya aku bantuin dia mengangkat barang barangnya. Mungkin karena sudah akrab aku enggak langsung pulang. Toh, memang inin penumpang yang terakhir. Aku duduk saja di depan rumahnya yang sejuk. Karena kebetulam ada seperti dipan dari bambu dihalaman di bawah pohon jambu. Dari dalam aku mendengar suara seperti memerintah kepada seseorang..
"Nis.. Tuh bawain air yang dikendil ke depan..," Begitu suara Bu Dewi.
Aku tidak mendengar ada jawabam dari yang diperintah Bu Dewi tadi. Yang ada tiba-tiba seorang gadis umur 23 tahunan keluar dari rumah membawa gelas dan kendil air puth segar.
Wajahnya biasa aja, agak mirip Bu Dewi, tapi kulitnya putih dan semampai pula. Dia tersenyum.
"Mas, minum dulu... ..'begitu dia menyapaku.
"I... Iya.. Makasih.." balasku/
Masih sambil senyum dia balik kanan untuk masuk kembali ke dalam rumahnya. Aku masih tertegun
sambil memandanginya. Seperti ingin tembus pandag saja niatku `Pantatnya aduhai, jalannya serasi, lumayan deh..` batinku.
Tak seberapa lama Bu Dewi keluar. Dia sudah ganti baju, mungkin yang biasa dia pakai kesehariannya.
"Dik Anton, itu tadi anak saya si Anis.."kata Bu Dewi.
"Dia tuh lagi ngurus surat-surat katanya mau ke Hongkong jadi TKW."lanjutnya. Aku manggut-manggut...
"O gitu yah.. Ngapain sih kok mau jaub-jauh ke Hongkong. kan jauh.. Nanti kalau ada apa-apa gimana.."aku meninpalinya.
Begitu seterusnya aku ngobrol sebentar lalu pamit undur diri. Belum sampai aku menstater mobil pickupku, Bu Dewi sambil berlalri kecil ke arahku..
"Eh dik Anton, tunggu dulu katanya Anis mau ikut sampai termnial Bis. Dia mau ambil surat-surat dirumah kakaknya. Tungguin sebentar ya.."
Aku tidak jadi menstater dan sambil membuka pintu mobil aku tersenyum karena inilah saatnya aku bisa puas mengenal si Anis. Begitulah akhirnya aku dan Anis berkenalan pertama kali. Aku antar dia mengambil surat-surat TKW-nya. DI dalam perjalanan kami ngobrol dan sambil bersendau gurau.
'Nis.. nanamu Anis. Pantas aja manis, tapi kok ga di keroyok sama semut ya.." kataku ngeledek. Anis juga tak kalah ngeledeknya.
"Mas bisa aja, emang mas mau jadi semutnya..."balas Anis..
Di situ aku mulai berani ngomong yang sedikit nakal, karena seperinya Anis tak terlalu kaku dan lugu layaknya gadios-gadis di desa. Pantas saja dia berani merantau ke luar negeri, pikirku. dan Anispun menceritakan kalau dia pernah menikah, namun suaminya sudah meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan. Namun, pernikahan mereka belum dikarunai momongan, jadi singkatnya Anis adalah seorang Janda tanpa Anak.
Sesampai di rumah kakaknyam ternyata tuan rumah sedang pergi entah kemana. Hanaya ada anaknya yang masihb kecil kira kira 7 tahunan di ruah. Anis menyuruhnya memanggilkan ibunya.
"Eh Dito, Ibu sudah lama belum pergimya ? susulin sana, bilamg ada Mbak Anis gitu yah.."
Dito pergi menyusul ibunya yang tak lain adalah kakamnya Anis. Selagi Dito sedang menyusul ibunya, aku duduk-duduk di depan tapi di dalam rumah. Anis masuk ke ruangan dalam mungkin ambil air atau aoa, aku diruangan depan.
Kemudian Anis keluar dengan segelas air putih di tangannta. "Mas minum lagi yah.. Kan capek nyeteri mobil.."katanya.
Diberikannya air putih otum tapi mata Anis yang indah itu sambil memandangku genit. Aku terima saja gelassnya dan meminumnya. Anis masih saja memandangku tak berkedip. Akupun akhirnya nekat memandang dia juga , dan tak terasa tanganku meraih tangan Anis, dingin dan sedikit berekeringat. Tak Disangka mala tangan Anis meremas jariku. Aku tak ambil pusing lagi tangan satunya kuraih, kugenggam. Anis menanatapku.
"Mas.. kok kita pegang-pegangan sih". Anis setengah berbisik .
Agak sedikit malu aku, tapi kujawab juga , "Abis.. kamu juga sih.."
Setelah itu sambil sama-sama tersebyum aku nekad menarik kedua tangannya yang lembut itu hingga tubuhnya menempel di dadaku, dan akhirnya kami saling berpelukan tidak terlalu erat tadinya. Tapi terus meng-erat lagi, erat lagi.. Dadanya ini menempel lekat di dadaku. Aku semakin mendapat keberanian untuk mengelus wajahnya, Aku dekatkan bibirku hingga menyentih bibirnya. Merasa tidak ada protes langsung kukecup bibirnya. Benar-benar nikmat. Bibirnya basah-basah madu. Tanganku mendekap tubuhku sambil kugoyangkan dengan maksud sambil menggesek dadanya yang mepet erat dengan tubuhku. Sayup-sayup aku mendengar Anis seperti mendesah lirih, mungkin mulai terangsang kali.
sinyal-sinyal nafsu mulai memuncak ketika tanpa malu lagi Anis menggelayutkan tangannya di pundakku memeluk menekan sambil mendesah . Tanganku turun dan mencoba terus bergeriliya. Ingin rasanya aku gendong tubuh Anis untuk kurebahkan ke depan, tapi urung karena Dito yang tadi disuruh Anis memanggil ibunya sudah datang kembali bersama ibunya.
Buru-buru kami melepas pelukan, merapikan bajum dan duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa. E, Anis.. sudah lama ya.. maaf mbak tadi dibelakang metik buah mangga " Baru aja kok mbak, o ya kenalin ini teman baru baru Anis.." Jawab Anis.. kamipun berjabat tangan dan berkenalan Mbaknya Anis cukup manis dan bodynya memang masih terlihat seperti gadis meskipun sudah memiliki 2 orang anak. Dito adalah anak yang kedua . Mbak Indah sendiri kira2 umurnya 35 tahun dan suaminya bekerja sebagai kontraktor yang pulangnya kadang sebulan sekali.
Banayak ya mbak buahnya, udah pada matang belum? tanya Anis kepada kakaknya..
owww, banay banget, Anis mau.. ayo kita kebelakanag aja.. ajak kakaknya sambil berjakan ke belakang. kamipun berjalan menyususl kakaknya Anis..
kebun belakang cukup luas dan banyak ditanami buah buahan. banyak sekali buah mangga yang sudah mulai manis.. jawan mbak Indah dengan genitnya.
hahaha, mbak bisa aja... suka bercanda juga ya ternyata ,.. jawabku sambil senyun-senyum.. "ya iyalah dik, ngapain juga serius terus, cepat tua tau.. Tapi emang manis kan Mbak Indahnya" Timpal Mbak Indah sambil terus menggodaku.. "Iya mbak .. emamg manis.. kaya baru berumur 25 tahun lah.. jawabku sambil memuji.
Anis sendiri mendengar sambil sesekali terlihat senyum senyum sendiri dan tiba tiba dia menjerit histeris dan berusaha berlari mendekatiku..
kamipun jadi kaget dan gugup"ada apa Nis..? tanya kami serentak.. ada ulat dibajuku ini,,,?? teriak Anis..
Sayapun segera menyingkirkan ulat yang menempel dibaju Anis dengan sebilah kayu, karena aku sendiri juga merasa jijik dengab ukat. setelah itu kamipun menyudahi acara memeitik buah di depan.
Sesampainya didalam rumah, Anus terus menggaruk-garuk badannya dan lambat laun badan Anis mulai bentol-bentol..
Ya ampun Nism coba sini mbak kasih balsem badanmu.. Tar malah makin rata klo ga segera dikasih balsem. Jawab Anis..
Anis pun lamgusng membuka bajunya tanpa peduli ada aku dan Mbaknya.. Langsung saja mbaknya menyeretnya kedalam kamar mandi sambil bilang "Eh, Anis... masuk kamar dong, malu sama Dik Anton tih.. Mbak Indah pun segera menutup pintu kamar dan mengoles balsem ke badan Anus..
Nah, itulah tadi cerita dewasa tentang janda yang keagatalam kena ulat bulu.